Masa Kemunduran Peradaban Islam
Sejarah umat manusia terus bergulir mengikuti “sunnatullah”, yaitu
hukum Allah Swt. yang berlaku bagi makhluk-Nya. Siapa yang gigih berjuang dan memenuhi
syarat untuk menang, maka dialah yang menang, dan begitu pun sebaliknya.
Perjalanan panjang sejarah peradaban umat Islam telah mengalami pasang dan
surut seiring dengan kuat-lemahnya daya juang dan spirit jihad dalam jiwa
mereka.
Jika diamati dari sisi waktu, perjuangan dan peradaban umat Islam
mengalami beberapa fase pasang dan surut. Berdasarkan periodisasi sejarah
peradaban Islam menurut Harun Nasution, benih-benih perpecahan dan disintegrasi
sudah muncul sejak fase kedua dari periode klasik (1000-1250 M.), meskipun pada
masa-itu masih merupakan puncak keemasan peradaban Islam.
Peradaban umat Islam kemudian mengalami kemunduran ketika memasuki periode
Pertengahan bagian pertama (1250-1500 M), yang dikenal dengan Masa Kemunduran
I. Setelah kurang lebih dua setengah abad tenggelam dalam ketertinggalan,
peradaban Islam kembali menggeliat dengan munculnya Tiga Kerajaan Besar
(1500-1800M).,bahkan kembali mengalami kemajuan hingga memasuki abad ke-18 M.
Setelah itu, grafik perkembangan peradaban umat Islam kembali menurun hingga
memasuki abad ke-19 M., sebelum kemudian terjadi kebangkitan kembali di periode
modern.
Dalam skala global, ada beberapa pendapat para ahli terkait dengan factor-faktor
yang menyebabkan terjadinya kemunduran tersebut. Pada pembahasan ini akan
ditampilkan salah satu pendapat, sebagai contoh bahan kajian kalian yaitu
pendapat Ibnu Khaldun.
Menurut Ibnu Khaldun, faktor-faktor penyebab runtuhnya sebuah
peradaban lebih bersifat internal daripada eksternal. Suatu peradaban dapat
runtuh karena timbulnya materialisme, yaitu kegemaran penguasa dan masyarakat menerapkan
gaya hidup malas yang disertai sikap bermewah-mewah. Sikap ini tidak hanya
negatif tapi juga mendorong tindak korupsi dan dekadensi moral. Lebih jelas
Ibnu Khaldun menyatakan:
“Tindakan amoral, pelanggaran hukum dan penipuan, demi tujuan
mencari nafkah meningkat di kalangan mereka. Jiwa manusia dikerahkan untuk
berfikir dan mengkaji cara-cara mencari nafkah, dan menggunakan segala bentuk penipuan
untuk tujuan tersebut. Masyarakat lebih suka berbohong, berjudi, menipu,
menggelapkan, mencuri, melanggar sumpah dan memakan riba”.
Tindakan-tindakan amoral di atas, menunjukkan hilangnya keadilan di
masyarakat yang akibatnya merembes kepada elit penguasa dan sistem politik. Kerusakan
moral penguasa dan sistem politik mengakibatkan berpindahnya Sumber Daya
Manusia (SDM) ke negara lain (braindrain) dan berkurangnya pekerja
terampil karena mekanisme rekrutmen yang terganggu. Semua itu bermuara pada
turunnya produktivitas pekerja dan di sisi lain menurunnya sistem pengembangan
ilmu pengertahuan dan ketrampilan. Dalam
peradaban yang telah hancur, masyarakat hanya memfokuskan pada pencarian
kekayaan yang secepat-cepatnya dengan cara-cara yang tidak benar. Sikap malas
masyarakat yang telah diwarnai oleh materialisme pada akhirnya mendorong orang
mencari harta tanpa berusaha. Ibnu Khaldun menegaskan:
“...mata pencaharian mereka yang mapan telah hilang, ….jika ini
terjadi terus menerus, maka semua sarana untuk membangun peradaban akan rusak,
dan akhirnya mereka benar-benar akan berhenti berusaha. Ini semua mengakibatkan
destruksi dan kehancuran peradaban. ...Jika kekuatan manusia, sifat-sifatnya serta
agamanya telah rusak, kemanusiaannya juga akan rusak, akhirnya ia akan berubah
menjadi seperti hewan”.
Intinya, dalam pandangan Ibnu Khaldun, kehancuran suatu peradaban disebabkan
oleh hancur dan rusaknya sumber daya manusia, baik secara intelektual maupun
moral.
Sumber :
Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/MA/SMK/MAK Kelas
12 Kurikulum 2013
adv
0 Komentar untuk "Kemunduran Peradaban Islam di Dunia"
Silahkan berkomentar sesuai artikel